Putra putri Ibu pertiwi
# PUTRA – PUTRI IBU PERTIWI #
( Oleh : KH. A. Mustofa Bisri )
Bagai wanita yang tak ber-ka-be saja
Ibu pertiwi terus melahirkan putra-putranya
Pahlawan-pahlawan bangsa
Dan patriot-patriot negara
(Bunga-bunga
kalian mengenalnya
Atau hanya mencium semerbaknya)
Ada yang gugur gagah dalam gigih perlawanan
Merebut dan mempertahankan kemerdekaan
(Beberapa kuntum
dipetik bidadari sambil senyum
Membawanya ke sorga tinggalkan harum)
Ada yang mujur menyaksikan hasil perjuangan
Tapi malang tak tahan godaan jadi bajingan
(Beberapa kelopak bunga
di tenung angin kala
Berubah jadi duri-duri mala)
bagai wanita yang tak ber-ka-be saja
Ibu pertiwi terus melahirkan putra-putranya
Pahlawan-pahlawan dan bajingan-bajingan bangsa
# MENUJU KE LAUT #
( Oleh : Sutan Takdir Alisyahbana )
Kami telah meninggalkan engkau,
tasik yang tenang, tiada beriak, diteduhi gunung yang rimbun
dari angin dan topan
Sebab sekali kami terbangun
dari mimpi yang nikmat :
“Ombak ria berkejar-kejaran
di gelanggang biru bertepi langit
Pasir rata berulang dikecup,
tebing curam ditantang diserang,
dalam bergurau bersama angin,
dalam berlomba bersama mega.”
Sejak itu jiwa gelisah, Selalu berjuang, tiada reda,
Ketenangan lama rasa beku, gunung pelindung rasa penggalang.
Berontak hati hendak bebas, menyerah segala apa mengadang.
Gemuruh berderau kami jatuh, terhempas berderai mutiara bercahaya,
Gegap gempita suara mengerang, dahsyat bahna suara menang.
Keluh dan gelak silih berganti, pekik dan tempik sambut menyambut
Tetapi betapa sukarnya jalan,
badan terhempas, kepala tertumbuk, hati hancur, pikiran kusut,
namun kembali tiadalah ingin, ketenangan lama tiada diratap
…………………………………..
Kami telah meninggalkan engkau,
tasik yang tenang, tiada beriak,
diteduhi gunung yang rimbun
dari angin dan topan
Sebab sekali kami terbangun
dari mimpi yang nikmat
# SENJA DI PELABUHAN KECIL#
( Oleh : Chairil Anwar )
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
# KEMERDEKAAN #
( Oleh : Toto Sudarto Bahtiar )
Kemerdekaan ialah tanah air dan laut semua suara
Jangalahn takut padanya
Kemerdekaan ialah tanah air penyair dan pengembara
Janganlah takut padaku
Kemerdekaan ialaha cintaku berkepanjangan jiwa
Bawalah daku kepadanya
# GAJAH DAN SEMUT#
( Oleh : Sutardji Calzoum Bachri )
tujuh gajah, cemas
meniti jembut, serambut
tujuh semut, turun gunung
terkekeh
kekeh
perjalanan
kalbu
1976-1979
# INSAF #
( Oleh : Amir Hamzah )
Segala kupinta tiada kauberi
segala kutanya tiada kausahuti
butalah aku terdiri sendiri
penuntun tiada memimpin jari
Maju mundur tiada terdaya
sempit bumi dunia raya
runtuh ripuk astana cuaca
kureka gembira di lapangan dada
Buta tuli bisu kelu
tertahan aku di muka dewala
tertegun aku di jalan buntu
tertebas putus sutera sempana
Besar benar salah arahku
hampir tertahan tumpah berkahmu
hampir tertutup pintu restu
gapura rahsia jalan bertemu
Insaf diriku dera durhaka
gugur tersungkur merenang mata;
samar terdengar suwara suwarni
sapur melipur merindu temu.
Insaf aku
bukan ini perbuatan kekasihku
tiada mungkin reka tangannya
kerana cinta tiada mender
# TAPI #
( Oleh : Sutardji Calzoum Bachri )
aku bawakan bunga padamu
tapi kau bilang masih
aku bawakan resahku padamu
tapi kau bilang hanya
aku bawakan darahku padamu
tapi kau bilang cuma
aku bawakan mimpiku padamu
tapi kau bilang meski
aku bawakan dukaku padamu
tapi kau bilang tapi
aku bawakan mayatku padamu
tapi kau bilang hampir
aku bawakan arwahku padamu
tapi kau bilang kalau
tanpa apa aku datang padamu
wah !
Komentar
Posting Komentar