Pujangga

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

AKU INGIN #
( Oleh :Sapardi Djoko Damono )

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada


# WALAU #
Puisi, 1995 ( Oleh :Sutardji Calzoum Bachri )

Walau penyair besar
takkan sampai sebatas allah
dulu pernah kuminta tuhan
dalam diri , sekarang tak,

Kalau mati, mungkin matiku bagai batu tamat bagai pasir tamat
tujuh puncak membilang-bilang
nyeri hari mengucap-ucap
di butir pasir kutulis rindu rindu
walau huruf habislah sudah
alif bataku belum sebatas allah



# DERAI - DERAI CEMARA #
( Oleh : Chairil Anwar )

Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
1949



# AKULAH SI TELAGA #
( Oleh :Sapardi Djoko Darmono )

Akulah si telaga: berlayarlah di atasnya;
berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil yang menggerakkan bunga-bunga padma;
berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;
sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja
-- perahumu biar aku yang menjaganya, Perahu-perahu Kertas,



# MALAM SERIBU BULAN #
( Oleh :Taufik Ismail )

Malam biru hitam, Di planit tua ini, Ketika margasatwa
Suhu. Suara. Perpohonan
Embun mengendapkan intan, Angin membisiki hutan
Gunung jadi keristal
Bisu,

Sungai-sungai menahan Napasnya
Sumbu bumi berhenti
Ketika sangkakala angkasa, Ditiup pelahan
Dalam suara Firdausi
Ketika Mukjizat turun
Ketika Sifat Rahim mengalun,
Di planit tua ini, Dan gerbang kosmos Dibuka
Dalam angin berkelepakan, Sayap-sayap malaikat
Dengan cahaya suarga, Meluncur-luncur, Melinangi bumi
Ketika bulan akan sabit, Dan berjuta bintang Gemerlap
Dan manusia menangis, Di bumi, Di bawah Nur Ilahi

Pada malam benderang
Ketika margasatwa senyap, Waktu pun berhenti
Embun membasahi dahi, Pohon-pohon menunduk
Wahai:
Mukjizat telah turun, Sifat Rahim mengalun
Lelaki itu, Perempuan itu
Menangis dalam syukur, Berair mata dalam doa
Dalam teduh Mukjizat dan Keampunan
Ketika bulan belum sabit, Ketika malam seribu bulan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bintang untuk sahabat

SUNYI DALAM HENINGNYA MALAM

Dosen tercinta